Rabu, 15 Agustus 2012

Mom and Me

Siang ini, aku pergi sama mama sama adekku, rencananya sih mau nganterin adekku ke dokter gigi. Diam mau behelan, iya sumpah, BEHELAN.
Seperti biasa, aku duduk di bagian belakang mobil sendirian, sibuk sama bb (pinjem mama karena aku sendiri nggak punya pulsa internet) sementara mama nyetir di depan, ditemenin adek di sebelahnya. Tiba-tiba mama nyeletuk, "eh ya ampuuunnn itu honda apaan sih kok warnanya pink nggak banget gitu. Apa namanya? yang model lawas itu lho,"

"Oh, scoopy?" jawabku.

"iya, mama nggak suka banget sih warnanya masa pink-putih gitu".

JLEB. Aku ngelihat hp-ku, warnanya putih-pink. Aku inget salah satu kantong mukena-ku di rumah, warnanya pink-putih. Jaket yang lagi aku pake, warnanya pink-putih. Seifuku (kostum seragam sekolah Jepang gitu deh)-ku di rumah, warnanya pink-putih. Nekomimi ( bando telinga kucing) di rumah, warnanya pink-putih. Sneakers-ku? Jangan tanya, waktu masih bagus sih warnanya putih-pink, sekarang sih udah jadi putih nggak putih dan pink setengah abu-abu.

Intinya, aku suka banget kombinasi warna pink-putih, kalau bisa sih putih-nya dominan dan pink-nya pink yang paling kalem. Kenapa? karena mirip warnanya bunga sakura. Bahkan motorku juga aku bela-belain lho, honda beat putih generasi ketiga karena stikernya ada sentuhan pink-nya sedikit. Mamaku nggak mau beliin scoopy, nggak suka katanya.

Walaupun kami ibu-anak, ternyata kami beda banget. Apa yang aku bilang bagus, belum tentu bagus kata beliau. Contoh nyata, tiap kali ketahuan naksir cowok, nggak ada yang direstui sama mamaku, katanya kurang ini-itu, padahal menurutku anak itu udah memenuhi standar. Contoh lain lagi, masalah kerapihan kamar, bagiku yang namanya barang itu ya diatur supaya enak diambil, bagi mamaku, barang itu diatur supaya enak dilihat. Contoh lain lagi, mamaku bilang papa itu ganteng, kataku sih enggak (ehhh)

but eventhough we're so different, somehow I still get along very well with her.

Hal ini membuktikan, bahwa keberlangsungan suatu hubungan itu bukan bergantung dari apakah kita punya selera yang sama atau enggak. Kelanjutan hubungan itu bergantung dari toleransi.

Orang nggak mungkin bisa nerima kita apa adanya 100%, orang cuma bisa menentukan sejauh mana mereka bisa mentoleransi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar